Brian Dyson, mantan eksekutif Coca Cola, pernah menyampaikan pidato yang
sangat menarik,
"Bayangkan hidup itu seperti pemain akrobat dgn lima bola di udara.
Anda bisa menamai bola itu dengan sebutan:
< Pekerjaan
< Keluarga
< Kesehatan
< Sahabat, dan
< Semangat
Anda semuanya harus menjaga semua bola itu tetap di udara dan jgn sampai
ada yang terjatuh.
Kalaupun situasi mengharuskan Anda melepaskan salah satu diantara lima
bola tsb, lepaskanlah Pekerjaan karena pekerjaan adalah BOLA KARET.
Pada saat Anda menjatuhkannya, suatu saat ia akan melambung kembali,
namun 4 bola lain seperti: Keluarga, Kesehatan, Sahabat dan Semangat
adalah BOLA KACA.
Jika Anda menjatuhkannya, akibatnya bisa sangat fatal!
Brian Dyson mencoba mengajak kita hidup secara seimbang.
Pada kenyataannya, kita terlalu menjaga pekerjaan yg adalah bola karet,
bahkan kita mengorbankan Keluarga, Kesehatan, Sahabat dan Semangat demi
menyelamatkan bola karet tsb.
Demi uang atau pekerjaan, kita mengabaikan keluarga.
Demi meraih sukses dalam pekerjaan, kita jadi workaholic dan tidak
memperhatikan Kesehatan.
Bahkan demi uang atau pekerjaan, kita rela menghancurkan hubungan dengan
Sahabat yang telah kita bangun bertahun tahun lamanya.
Bukan berarti pekerjaan tidak penting, jgn sampai pekerjaan atau uang
menjadi BERHALA dalam hidup kita.
Ingatlah, kalaupun kita kehilangan uang masih bisa kita cari lagi, tapi
jika Keluarga sudah terjual, kemana kita membelinya lagi?
Lihat kisah Yusuf yang meski pernah dibuat miskin, habis-habisan, dan
sengsara oleh kakak-kakaknya, tapi tetap tahu bahwa Keluarga lebih
penting dari penderitaannya itu.
Uang hilang masih bisa dicari, tapi apa kita bisa membeli Sahabat?
Uang hilang masih bisa dicari, tapi apakah kita bisa memulihkan Kesehatan
kita secara normal jika kita terkena penyakit kritis?
Jagalah prioritas hidup Anda tetap seimbang
Wednesday, July 7, 2010
Friday, July 2, 2010
Dua gelas teh manis
Suatu petang selepas shalat Isya, seseorang datang ke tempat kang Soleh.
Pakaiannya rapi, di saku bajunyapun terselip sebuah pulpen parker. Sorot
matanya tajam, walau dibalut kaca mata minus. Kedatangannya ke tempat
kang Soleh hanya ingin berkonsultasi tentang merasakan manisnya ibadah.
Setelah berbasa - basi, orang itupun mulai bertanya kepada kang Soleh.
"Maaf nih kang, saya sudah bertanya ke beberapa orang tentang suatu hal,
yang menurut saya, sulit untuk difahami oleh saya. Penjelasan yang
diberikan oleh orang - orang yang saya ajak bicara, hanya bersifat
verbal dan sulit difahami oleh akal sehat saya" celoteh orang itu.
"Lo... kalau sampeyan, sudah bertanya ke beberapa orang mengapa masih
tanya kepada saya ?" jawab kang Soleh.
"Nah... justru saya tidak menemukan jawaban yang memuaskan, makanya saya
ingin bertanya kepada kang Soleh."
"Jadi... apa nih, masalah sebenarnya ?", tanya kang Soleh sambil
tersenyum.
"Merasakan manisnya ibadah kang ..... " celetuk orang itu.
"Lo... itu sudah jelas, tidak sedikit dalil yang menerangkan tentang
manisnya ibadah." jawab kang Soleh.
"Justru itu kang, saya dibuat pusing....... sekarang logikanya begini
kang, bagaimana mungkin ibadah kok terasa manis ? kalau maksiat dibilang
manis, itu masuk logika kang." sergah orang itu.
Diam - diam kang Soleh mulai mengetahui arah pembicaraan orang yang ada
di depannya. Dari bibirnyapun terdengar lirih lantunan istighfar.
Sementara kang Soleh masih terdiam, orang itupun berkata lagi.
"Sekarang begini kang, seumpama saya bekerja di sebuah perusahaan
sebagai kepala bagian purchasing, otomatis semua vendor - vendor yang
ingin memasukkan barang ke tempat perusahaan saya bekerja, keputusannya
ada di tangan saya. Nah, di posisi yang seperti ini kang, bukankah
korupsi merupakan hal yang manis ? dan saya pun yakin banyak orang yang
mengidam - idamkann posisi seperti yang saya tempati. Kenapa ? karena
posisi basah kang, kenapa basah ? ya ... karena banyak sumber uang yang
bisa dikorupsi."
Mendengar ocehan orang itu, kang Solehpun masih terdiam. Melihat diamnya
kang Soleh orang itupun kembali melanjutkan bicaranya.
"Terus sekarang kan lagi ramai - ramainya piala dunia kang, sudah
menjadi tren khususnya di kota - kota, ada acara nonton bareng piala
dunia. Nah... biar lebih jreng ada juga yang pakai taruhan, biar lebih
semangat... kalau jagoannya menang, selain senang, masih ada bonusnya
kang... yakni dapat uang taruhan, yang begini ... nih... kan manis
namanya."
"Ada juga yang tidak kalah hebohnya kang sekarang, "video porno mirip
artis", yang ini nih kang... dari bos sampai cleaning service berebut
ikutan nonton, apalagi begitu maraknya pemberitaan sehingga memancing
rasa keingintahuan khalayak, termasuk anak - anak SD kang ? masak mau
dilarang melihat video itu ?"
Sesaat kemudian, orang itu terlihat mengakhiri pembicaraannya. Kang
Solehpun masih terdiam termangu - mangu mendengar penuturan orang itu.
Dalam lubuh hati yang terdalam kang Soleh berkata, "orang seperti ini
belum tentu terbuka hatinya, bila dijawab langsung dengan menukil ayat -
ayat Al Qur'an ataupun Al Hadits, bagi dia hanya jawaban yang masuk
logika yang bisa ia terima."
"Sudah, hanya itu ceritanya ?" mendadak kang Soleh bertanya.
"Ya itu kang, realita yang ada sekarang... yang membuat saya tidak bisa
mengerti, dan memahami, "merasakan manisnya ibadah." jawab orang itu.
Setelah terdiam sebentar, sesaat kemudian kang Soleh berkata,
" Mau minum kopi atau teh manis, ni ?"
" Teh manis, saja kang..... kalau tidak merepotkan", jawab orang itu.
Sesaat kemudian, kang Solehpun meminta isterinya membuatkan dua gelas
teh manis untuk dirinya dan orang itu. Setelah sama - sama meminum, kang
Soleh berkata.
" Teh ini.... rasanya manis ya ? "
" Ya ... iya lah kang, wong pakai gula... ya jelas manis rasanya." jawab
orang itu.
" Tapi, ada juga lo.... orang yang tidak bisa merasakan manisnya gula ?"
balas kang Soleh.
"Ga mungkin kang.... sudah dari sononya gula rasanya manis, mau bodoh,
mau pinter, mau pejabat, mau pengemis.... kalau minum pakai campuran
gula...jelas rasanya manis." jawab orang itu.
"Orang yang sedang sakit............" jawab kang Soleh.
Orang itupun tersenyum .... mendengar jawaban kang Soleh. Sesaat
kemudian kang Soleh melanjutkan kata - katanya.
"Orang yang sedang sakit, tidak bisa merasakan manisnya gula. Terlepas
yang sakit oranga bodoh, orang pinter, pejabat, pengemis, di saat sedang
sakit, gula yang sejatinya rasanya manis terasa pahit di lidah orang
sakit itu."
"Rasa pahit yang ia rasakan, bukan karena gula tidak manis rasanya,
namun karena ia sedang dalam keadaan sakit...., ia tidak bisa merasakan
manisnya gula.... melainkan pahit, walaupun rasa gula yang sesungguhnya
rasanya manis."
"Orang yang sakit, bisa kembali merasakan manisnya rasa gula, ketika ia
sudah menjadi sehat. Ia bisa menjadi sehat dikala penyakit - penyakit
dalam tubuhnya sudah diobati dengan obat yang sesuai untuk penyakitnya,
serta ditangani oleh dokter yang memang ahli mengobati penyakit
tersebut."
"Di saat sakitnya telah sembuh, dan sehatnya telah kembali, maka orang
tersebut ketika meminum teh manis... bukan lagi pahit yang ia rasakan
seperti rasa saat sakit, melainkan manis yang ia rasakan sebagaimana
rasa yang dialami oleh orang - orang sehat lainnya."
Mendengar penuturan dari kang Soleh, wajah orang itu sedikit kelihatan
pucat....diam - diam, ia mulai sedikit memahami pembicaraan kang Soleh.
Setelah menghela nafas, untaian kalimat meluncur dari kang Soleh.
"Orang yang hatinya mengidap penyakit tidak akan bisa merasakan manisnya
ibadah, walaupun dijelaskan dengan penjelasan panjang lebarpun tidak
akan bisa menerimanya, sebagaimana orang yang sedang sakit tidak bisa
merasakan manisnya gula, walaupun dijelaskan secara ilmiah tentang zat
pemanis yang terkandung di dalam gula."
"Orang bisa merasakan manisnya ibadah, dikala penyakit - penyakit di
hatinya telah terobati, serta ditangani oleh guru pembimbing yang
sempurna sebagaimana ditangani oleh dokter - dokter ahli"
"Begitu mutlaknya guru pembimbing, karena hanya dengan bimbingannyalah
kita mengetahui jenis - jenis penyakit yang ada dalam hati kita,
sebagaimana seorang dokter lebih mengetahui jenis penyakit yang diderita
oleh tubuh kita, dibanding diri kita sendiri yang penuh kebodohan."
"Orang - orang yang sakit hatinya, walaupun sedang beribadah di hamparan
permadani Rabbani dan berhadapan secara langsung secara hakiki dengan
Allah SWT, tidak bisa merasakan manisnya sebuah ibadah, padahal Allah
sudah sangat dekat dan bahkan lebih dekat dari urat lehernya sendiri."
Wallahu'alam.
Pakaiannya rapi, di saku bajunyapun terselip sebuah pulpen parker. Sorot
matanya tajam, walau dibalut kaca mata minus. Kedatangannya ke tempat
kang Soleh hanya ingin berkonsultasi tentang merasakan manisnya ibadah.
Setelah berbasa - basi, orang itupun mulai bertanya kepada kang Soleh.
"Maaf nih kang, saya sudah bertanya ke beberapa orang tentang suatu hal,
yang menurut saya, sulit untuk difahami oleh saya. Penjelasan yang
diberikan oleh orang - orang yang saya ajak bicara, hanya bersifat
verbal dan sulit difahami oleh akal sehat saya" celoteh orang itu.
"Lo... kalau sampeyan, sudah bertanya ke beberapa orang mengapa masih
tanya kepada saya ?" jawab kang Soleh.
"Nah... justru saya tidak menemukan jawaban yang memuaskan, makanya saya
ingin bertanya kepada kang Soleh."
"Jadi... apa nih, masalah sebenarnya ?", tanya kang Soleh sambil
tersenyum.
"Merasakan manisnya ibadah kang ..... " celetuk orang itu.
"Lo... itu sudah jelas, tidak sedikit dalil yang menerangkan tentang
manisnya ibadah." jawab kang Soleh.
"Justru itu kang, saya dibuat pusing....... sekarang logikanya begini
kang, bagaimana mungkin ibadah kok terasa manis ? kalau maksiat dibilang
manis, itu masuk logika kang." sergah orang itu.
Diam - diam kang Soleh mulai mengetahui arah pembicaraan orang yang ada
di depannya. Dari bibirnyapun terdengar lirih lantunan istighfar.
Sementara kang Soleh masih terdiam, orang itupun berkata lagi.
"Sekarang begini kang, seumpama saya bekerja di sebuah perusahaan
sebagai kepala bagian purchasing, otomatis semua vendor - vendor yang
ingin memasukkan barang ke tempat perusahaan saya bekerja, keputusannya
ada di tangan saya. Nah, di posisi yang seperti ini kang, bukankah
korupsi merupakan hal yang manis ? dan saya pun yakin banyak orang yang
mengidam - idamkann posisi seperti yang saya tempati. Kenapa ? karena
posisi basah kang, kenapa basah ? ya ... karena banyak sumber uang yang
bisa dikorupsi."
Mendengar ocehan orang itu, kang Solehpun masih terdiam. Melihat diamnya
kang Soleh orang itupun kembali melanjutkan bicaranya.
"Terus sekarang kan lagi ramai - ramainya piala dunia kang, sudah
menjadi tren khususnya di kota - kota, ada acara nonton bareng piala
dunia. Nah... biar lebih jreng ada juga yang pakai taruhan, biar lebih
semangat... kalau jagoannya menang, selain senang, masih ada bonusnya
kang... yakni dapat uang taruhan, yang begini ... nih... kan manis
namanya."
"Ada juga yang tidak kalah hebohnya kang sekarang, "video porno mirip
artis", yang ini nih kang... dari bos sampai cleaning service berebut
ikutan nonton, apalagi begitu maraknya pemberitaan sehingga memancing
rasa keingintahuan khalayak, termasuk anak - anak SD kang ? masak mau
dilarang melihat video itu ?"
Sesaat kemudian, orang itu terlihat mengakhiri pembicaraannya. Kang
Solehpun masih terdiam termangu - mangu mendengar penuturan orang itu.
Dalam lubuh hati yang terdalam kang Soleh berkata, "orang seperti ini
belum tentu terbuka hatinya, bila dijawab langsung dengan menukil ayat -
ayat Al Qur'an ataupun Al Hadits, bagi dia hanya jawaban yang masuk
logika yang bisa ia terima."
"Sudah, hanya itu ceritanya ?" mendadak kang Soleh bertanya.
"Ya itu kang, realita yang ada sekarang... yang membuat saya tidak bisa
mengerti, dan memahami, "merasakan manisnya ibadah." jawab orang itu.
Setelah terdiam sebentar, sesaat kemudian kang Soleh berkata,
" Mau minum kopi atau teh manis, ni ?"
" Teh manis, saja kang..... kalau tidak merepotkan", jawab orang itu.
Sesaat kemudian, kang Solehpun meminta isterinya membuatkan dua gelas
teh manis untuk dirinya dan orang itu. Setelah sama - sama meminum, kang
Soleh berkata.
" Teh ini.... rasanya manis ya ? "
" Ya ... iya lah kang, wong pakai gula... ya jelas manis rasanya." jawab
orang itu.
" Tapi, ada juga lo.... orang yang tidak bisa merasakan manisnya gula ?"
balas kang Soleh.
"Ga mungkin kang.... sudah dari sononya gula rasanya manis, mau bodoh,
mau pinter, mau pejabat, mau pengemis.... kalau minum pakai campuran
gula...jelas rasanya manis." jawab orang itu.
"Orang yang sedang sakit............" jawab kang Soleh.
Orang itupun tersenyum .... mendengar jawaban kang Soleh. Sesaat
kemudian kang Soleh melanjutkan kata - katanya.
"Orang yang sedang sakit, tidak bisa merasakan manisnya gula. Terlepas
yang sakit oranga bodoh, orang pinter, pejabat, pengemis, di saat sedang
sakit, gula yang sejatinya rasanya manis terasa pahit di lidah orang
sakit itu."
"Rasa pahit yang ia rasakan, bukan karena gula tidak manis rasanya,
namun karena ia sedang dalam keadaan sakit...., ia tidak bisa merasakan
manisnya gula.... melainkan pahit, walaupun rasa gula yang sesungguhnya
rasanya manis."
"Orang yang sakit, bisa kembali merasakan manisnya rasa gula, ketika ia
sudah menjadi sehat. Ia bisa menjadi sehat dikala penyakit - penyakit
dalam tubuhnya sudah diobati dengan obat yang sesuai untuk penyakitnya,
serta ditangani oleh dokter yang memang ahli mengobati penyakit
tersebut."
"Di saat sakitnya telah sembuh, dan sehatnya telah kembali, maka orang
tersebut ketika meminum teh manis... bukan lagi pahit yang ia rasakan
seperti rasa saat sakit, melainkan manis yang ia rasakan sebagaimana
rasa yang dialami oleh orang - orang sehat lainnya."
Mendengar penuturan dari kang Soleh, wajah orang itu sedikit kelihatan
pucat....diam - diam, ia mulai sedikit memahami pembicaraan kang Soleh.
Setelah menghela nafas, untaian kalimat meluncur dari kang Soleh.
"Orang yang hatinya mengidap penyakit tidak akan bisa merasakan manisnya
ibadah, walaupun dijelaskan dengan penjelasan panjang lebarpun tidak
akan bisa menerimanya, sebagaimana orang yang sedang sakit tidak bisa
merasakan manisnya gula, walaupun dijelaskan secara ilmiah tentang zat
pemanis yang terkandung di dalam gula."
"Orang bisa merasakan manisnya ibadah, dikala penyakit - penyakit di
hatinya telah terobati, serta ditangani oleh guru pembimbing yang
sempurna sebagaimana ditangani oleh dokter - dokter ahli"
"Begitu mutlaknya guru pembimbing, karena hanya dengan bimbingannyalah
kita mengetahui jenis - jenis penyakit yang ada dalam hati kita,
sebagaimana seorang dokter lebih mengetahui jenis penyakit yang diderita
oleh tubuh kita, dibanding diri kita sendiri yang penuh kebodohan."
"Orang - orang yang sakit hatinya, walaupun sedang beribadah di hamparan
permadani Rabbani dan berhadapan secara langsung secara hakiki dengan
Allah SWT, tidak bisa merasakan manisnya sebuah ibadah, padahal Allah
sudah sangat dekat dan bahkan lebih dekat dari urat lehernya sendiri."
Wallahu'alam.
Labels:
Renungan
Jangan Kasihahi Diri Sendiri
Seorg pria turun dr sebuah mobil mewah yg diparkir di dpn kuburan umum. Pria itu berjalan menuju pos penjaga kuburan. Pria yg ternyata sopir itu berkata, "Pak, tolong temui wanita yg ada di mobil itu, krn tak lama lg ia akan meninggal!"
Penjaga kuburan itu segera berjln di blkg sopir. Seorg wanita lemah, berwajah sedih membuka pintu mobilnya, berusaha tersenyum kpd penjaga kuburan itu dan berkata, "Sy Ny Steven yg selama ini mengirim uang tiap 2 minggu sekali agar anda dpt membeli seikat bunga& menaruhnya di atas makam anak sy. Sy dtg utk berterima kasih atas kesediaan& kebaikan hati anda."
"O, jadi Ny yg selalu mengirim uang itu? Ny, seblmnya sy minta maaf, mmg uang yg dikirimkan itu selalu sy belikan bunga, tp sy tdk pernah menaruh bunga itu di pusara anak Ny." jwb pria itu.
"Apa?" tanya wanita itu dgn gusar.
"Ya Ny, krn menurut sy, org mati tdk akan pernah melihat keindahan bunga. Krn itu setiap bunga yg sy beli, sy berikan kpd mrk yg ada di rmh sakit, org miskin yg sy jumpai, mrk yg sdg bersedih. Org2 yg msh hiduplah yg dpt menikmati keindahan & keharuman bunga2 itu, Ny," jwb pria itu.
Wanita itu terdiam, kmdn ia dan sopirnya pun pergi.
3 bln kmdn, seorg wanita cantik turun ϑr mobilnya& berjln dgn anggun ke arah pos penjaga kuburan.
"Slmt ραƍι, apakah msh ingat sy? Sy Ny Steven. Sy dtg utk berterima kasih atas nasihat yg anda berikan bbrp bln yg lalu. Anda benar bhw mmperhatikan& mmbahagiakan mrk yg msh hidup jauh lbh berguna drpd meratapi yg sdh meninggal.
Ketika sy secara lsg mengantarkan
bunga2 itu ke rmh sakit atau panti jompo, bunga2 itu tdk hanya membuat mrk bahagia, tapi sy jg turut bahagia.
Sampai saat ini dokter2 tdk tahu mengapa śy bisa sembuh, tapi sy benar2 yakin bhw sukacita dan pengharapan adlh obat yg memulihkan sy!"
*Jgn pernah mengasihani diri sendiri,krn mengasihani diri sndiri akan membuat kita terperangkap di kubangan kesedihan.*
∞Dgn menolong org lain sesungguhnya kta sdang menolong diri kita sendiri.
Penjaga kuburan itu segera berjln di blkg sopir. Seorg wanita lemah, berwajah sedih membuka pintu mobilnya, berusaha tersenyum kpd penjaga kuburan itu dan berkata, "Sy Ny Steven yg selama ini mengirim uang tiap 2 minggu sekali agar anda dpt membeli seikat bunga& menaruhnya di atas makam anak sy. Sy dtg utk berterima kasih atas kesediaan& kebaikan hati anda."
"O, jadi Ny yg selalu mengirim uang itu? Ny, seblmnya sy minta maaf, mmg uang yg dikirimkan itu selalu sy belikan bunga, tp sy tdk pernah menaruh bunga itu di pusara anak Ny." jwb pria itu.
"Apa?" tanya wanita itu dgn gusar.
"Ya Ny, krn menurut sy, org mati tdk akan pernah melihat keindahan bunga. Krn itu setiap bunga yg sy beli, sy berikan kpd mrk yg ada di rmh sakit, org miskin yg sy jumpai, mrk yg sdg bersedih. Org2 yg msh hiduplah yg dpt menikmati keindahan & keharuman bunga2 itu, Ny," jwb pria itu.
Wanita itu terdiam, kmdn ia dan sopirnya pun pergi.
3 bln kmdn, seorg wanita cantik turun ϑr mobilnya& berjln dgn anggun ke arah pos penjaga kuburan.
"Slmt ραƍι, apakah msh ingat sy? Sy Ny Steven. Sy dtg utk berterima kasih atas nasihat yg anda berikan bbrp bln yg lalu. Anda benar bhw mmperhatikan& mmbahagiakan mrk yg msh hidup jauh lbh berguna drpd meratapi yg sdh meninggal.
Ketika sy secara lsg mengantarkan
bunga2 itu ke rmh sakit atau panti jompo, bunga2 itu tdk hanya membuat mrk bahagia, tapi sy jg turut bahagia.
Sampai saat ini dokter2 tdk tahu mengapa śy bisa sembuh, tapi sy benar2 yakin bhw sukacita dan pengharapan adlh obat yg memulihkan sy!"
*Jgn pernah mengasihani diri sendiri,krn mengasihani diri sndiri akan membuat kita terperangkap di kubangan kesedihan.*
∞Dgn menolong org lain sesungguhnya kta sdang menolong diri kita sendiri.
Labels:
Renungan
Subscribe to:
Posts (Atom)