Pada saat saya off beberapa waktu yang lalu saya bertemu dengan seorang
kawan yang baru menikah 1 tahun… mereka adalah pasangan yang sudah cukup
lama menjalin hubungan sebelum memutuskan untuk menikah...(maklum..
mereka sudah pacaran mulai kuliah..). Akan tetapi pada saat itu kawan
tersebut bercerita bahwa dia mengalami masalah rumah tangga yang cukup
berat, bahkan dia berencana untuk menceraikan istri yang baru dinikahi
tersebut...
Kemudian saya meminta dia untuk menceritakan apa "masalah berat" yang
mengancam rumah tangganya tersebut. Ternyata yang menjadi masalah adalah
cuma karena salah pengertian saja... sang istri belum memahami apa
kemauan dari sang suami...
Saya lalu teringat sebuah kisah yang pernah saya baca beberapa tahun
yang lalu dan mungkin bisa bermanfaat bagi kawan tersebut..
*
Kisah itu tentang seorang fisikawan yang memutuskan untuk menjadi biksu.
Seperti yang kita ketahui, tidak ada biksu yang kaya... mereka terbiasa
hidup apa adanya..(padahal kalau saja dia mau melanjutkan hidup sebagai
fisikawan pastilah dia sudah kaya raya sekarang...)
Pada suatu ketika para biksu tersebut ingin membangun sebuah wihara
untuk mereka beribadah. Akan tetapi setelah mereka sanggup membeli tanah
untuk wihara, mereka jatuh bangkrut. Mereka terjerat hutang. Tidak ada
bangunan diatas tanah itu, bahkan sebuah gubuk pun tidak ada. Pada
minggu – minggu pertama, mereka tidur diatas pintu – pintu tua yang
mereka beli murah dari pasar loak. Mereka mengganjal pintu – pintu itu
dengan batu bata disetiap sudut untuk meninggikannya dari tanah (tidak
ada matras – tentu saja, mereka adalah petapa hutan).
Mereka hanyalah biksu – biksu miskin yang memerlukan sebuah bangunan.
Mereka tidak mampu membayar tukang (bahan – bahan bangunan saja sudah
cukup mahal). Jadi fisikawan tersebut harus belajar cara bertukang :
bagaimana menyiapkan pondasi, menyemen, dan memasang batu bata,
mendirikan atap, memasang pipa – pipa (pokoknya semuanya...). Dia adalah
seorang mantan fisikawan dan guru SMA sebelum menjadi biksu, tidak
terbiasa bekerja kasar. Setelah beberapa tahun dia menjadi cukup
terampil bertukang. Tetapi pada saat memulai, ternyata bertukang itu
sangatlah sulit.
Kelihatannya gampang, membuat tembok dengan batu bata : tinggal tuangkan
seonggok semen, sedikit ketok sana, sedikit ketok sini. Ketika dia mulai
memasang batu bata, dia ketok satu sisi untuk meratakannya, tapi sisi
lainnya malah jadi naik. Lalu dia ratakan sisi yang naik itu, batu
batanya jadi melenceng. Setelah diratakan kembali, sisi yang pertama
malah terangkat lagi !!!!
Sebagai seorang biksu, dia memiliki kesabaran dan waktu sebanyak yang
dia butuhkan. Dia pastikan setiap batu bata terpasang dengan sempurna,
tak peduli berapa lama jadinya. Akhirnya dia berhasil menyelesaikan
tembok batu batanya yang pertama dan berdiri dibaliknya untuk mengagumi
hasil karyanya. Saat itulah dia melihatnya... Oh tidak... dia telah
keliru menyusun dua buah batu bata. Semua batu bata yang lain sudah
lurus, tetapi dua batu bata tersebut tampak miring. Mereka terlihat
jelek sekali. Mereka merusak keseluruhan tembok. Mereka meruntuhkannya...
Saat itu semen sudah terlanjur keras untuk mencabut dua batu bata itu,
jadi biksu itu bertanya kepada kepala wihara apakah dia boleh membongkar
tembok itu dan membangun kembali tembok yang baru, atau kalau perlu,
meledakkannya sekalian. Biksu itu telah berbuat kesalahan dan dia
menjadi gundah gulana. Kepala wihara bilang tidak perlu, biarkan saja
temboknya seperti itu.
Ketika biksu tersebut membawa tamu pertamanya berkunjung mengelilingi
wihara yang baru setengah jadi, dia selalu menghindarkan membawa mereka
melewati tembok batu bata yang dia buat. Biksu itu tidak suka jika ada
orang yang melihatnya. Lalu suatu hari, kira – kira 3 – 4 bulan setelah
dia membangun tembok itu, biksu tersebut berjalan dengan seorang
pengunjung dan dia melihatnya.....
"Itu tembok yang indah," pengunjung itu berkomentar dengan santainya.
"Pak," biksu itu menjawab dengan terkejut, "apakah kacamata Anda
tertinggal di mobil? Apakah penglihatan anda sedang terganggu? Tidakkah
anda melihat dua batu bata jelek yang merusak keseluruhan tembok itu?"
Apa yang pengunjung itu ucapkan selanjutnya telah mengubah keseluruhan
pandangan biksu tersebut terhadap tembok itu, berkenaan dengan diri dia
sendiri dan banyak aspek lainnya dalam kehidupan. Dia berkata, "Ya, saya
bisa melihat dua bata jelek itu, namun saya juga melihat 998 batu bata
yang bagus."
Biksu itu tertegun. Untuk pertama kalinya dalam lebih dari tiga bulan,
dia mampu melihat batu bata - batu bata lainnya selain dua bata jelek
itu. Di atas, dibawah, di kiri, dan di kanan dari dua bata jelek itu
adalah batu bata – batu bata yang bagus, batu bata yang sempurna. Lebih
dari itu, jumlah bata yang terpasang sempurna, jauh lebih banyak
daripada dua bata jelek itu. Selama ini mata biksu itu hanya terpusat
pada dua kesalahan yang telah dia perbuat.... dia terbutakan oleh hal -
hal lainnya. Itulah sebabnya biksu tersebut tidak tahan melihat tembok
itu, atau tidak rela membiarkan orang lain melihatnya juga. Itulah
sebabnya dia ingin menghancurkannya. Sekarang dia dapat melihat batu
bata – batu bata yang bagus, tembok itu jadi tampak tidak terlalu buruk
lagi. Tembok itu menjadi, seperti yang dikatakan pengunjung tadi, "
Sebuah tembok yang indah."
Tembok itu masih tetap berdiri sampai hari ini, setelah puluhan tahun,
namun biksu itu sudah lupa dimana letak persisnya dua bata jelek itu
berada. Dia benar – benar tidak dapat melihat kesalahan itu lagi.
*
Berapa banyak orang yang memutuskan hubungan atau bercerai karena semua
yang mereka lihat dari diri pasangannya adalah "dua bata jelek?" Berapa
banyak diantara kita yang menjadi depresi atau bahkan ingin bunuh diri,
karena semua yang kita lihat dalam diri kita hanyalah "dua bata jelek?"
Pada kenyataannya, ada banyak, jauh lebih banyak batu bata yang bagus
(diatas, dibawah, dikiri, dan dikanan dari yang jelek....) namun pada
saat itu kita tidak mampu melihatnya. Malahan setiap kali kita
melihatnya, mata kita hanya terfokus pada kesalahan yang kita perbuat.
Semua yang kita lihat adalah kesalahan, dan kita mengira yang ada
hanyalah kekeliruan semata, karena itu kita ingin menghancurkannya. Dan
terkadang, sayangnya, kita benar – benar menghancurkan "sebuah tembok
yang indah".
Kita semua memiliki "dua buah bata jelek", namun batu bata yang baik
didalam diri kita masing – masing jauh lebih banyak daripada bata yang
jelek. Begitu kita melihat batu bata yang baik, semua akan tampak tidak
terlalu buruk lagi. Bukan hanya kita bisa berdamai dengan diri sendiri,
termasuk dengan kesalahan – kesalahan kita namun juga bisa menkmati
hidup bersama pasangan kita....
Saya juga mempunyai beberapa kawan yang berprofesi sebagai tukang
bangunan. Mereka memberi tahu saya tentang rahasia profesi mereka :
" Kami para tukang bangunan selalu membuat kesalahan," katanya, "tetapi
kami bilang kepada pelanggan kami bahwa itu adalah "ciri unik" yang
tiada duanya di rumah – rumah yang lain. Lalu kami menagih biaya extra
untuk "ciri unik" tersebut !!!"
Jadi, "ciri unik" di rumah anda, bisa jadi, awalnya adalah sebuah
kesalahan. Dengan cara yang sama, apa yang anda kira sebagai kesalahan
pada diri anda, rekan anda, pasangan anda, atau hidup pada umumnya,
dapat menjadi sebuah "ciri unik", yang memperkaya hidup anda di dunia
ini, ketika anda tidak lagi terfokus padanya....