Wednesday, September 8, 2010

Haruskah mematikan Handphone ketika dalam Pesawat Terbang?

Banyak orang yang mungkin bertanya kenapa kalau melakukan perjalanan
menggunakan pesawat terbang ketika kita didalam pesawat diminta untuk
mematikan telepon genggam kita
Kenapa yah setiap didalam pesawat, gadget gadget terutama telepon gengam
kok gak boleh dinyalain yah?
Dengan alasan katanya akan menggangu sistem navigasi pesawat, apakah di
jaman sudah canggih ini tetap saja tidak ada cara lain, yg tidak
menggangu sistem navigasi pesawat?.
Dan apakah yg dimaksud dengan sistem navigasi pesawat itu? Apakah gps
nya atau apa yah?
Saya kutip tulisan dari salah satu milis traveling untuk menjawab
pertanyaan tersebut
"Ada principal yang dipegang teguh oleh airman "The sky is wide, but
there is no room for error"
Rasionalisasinya simple, secara natural pesawat itu tidak bisa terbang,
hanya bisa menempel di tanah. Hanya akibat adanya gaya-gaya yang bekerja
di badannya, maka dia bisa terbang. Sekali keseimbangan itu terganggu,
maka akan kembali ke kondisi naturalnya, menempel ke tanah, dimana ini
bukan hal yang baik kalau sebelumnya sedang terbang tinggi :(
Oleh karena itu dalam safety principle, dipegang teguh, apa saja yang
untested, not proven to be safe, dianggap tidak safe untuk menghindari
hal di atas. Juga dalam masalah mobile phone ini, karena pesawat sudah
terbang sejak orang belum menemukan mobile phone. Proses diadopsinya
mobile communication sendiri dianggap lambat, karena setelah ditelaah,
market demand untuk menghidupkan mobile commmunication selama
penerbangan sendiri adalah rendah. Hal ini bisa dilihat dari market
komunikasi Inmarsat via handset yang rata rata sudah terpasang di
airline kelas Internasional dengan wide body airline sejak generasi B777
atau Airbus 340. Anda bisa lihat ada handset di semua kelas termasuk
Economy yang bisa dilakukan untuk menghubungi kursi lain (kalau sial
terkena duduk terpisah) ataupun menghubungi nomor telepon di darat.
Banyak-kah yang memakai? Ternyata tidak, malah di sebagian airline, jadi
service liability. Secara psikologis, orang juga kurang merasa nyaman
kalau ada orang yang berbicara di sebelahnya via telpon di timezone yang
sedang kacau balau.
Percobaan kedua yang dilakukan oleh Connexion dengan memasang Internet
facility di pesawat, ternyata juga gagal. Padahal tadinya dipikir orang
akan lebih menerima hal ini karena sudah banyak orang memakai laptop
ketika di pesawat dan komunikasi lewat email ataupun Instant Messaging
tidak terlalu intrusive ke orang sebelah. Walau sudah digratiskan
ternyata ada masalah catu daya. Laptop jaman segitu rata rata hanya
tahan beroperasi 2 jam.
Percobaan ketiga, dengan membuat entertainment console yang bisa
melakukan office work (dengan Sun's StarOffice dalam OS Red Hat Linux)
dan colokan catu daya di setiap kursi, ternyata juga tidak ditanggapi
dengan baik. Salah satu sebabnya adalah karena waktu itu laptop terkecil
biasanya 12 inci, sehingga............ siapa sih yang mau bawa bawa
laptop dan bekerja mengedit dokumen dan spreadsheet ketika liburan?
Dari hal di atas bisa terlihat ternyata pengguna serius fasilitas di
atas hanyalah orang dengan kebutuhan khusus, yang tidak begitu umum.
Kebanyakan orang merasa cukup dengan tidur-makan-minum menikmati hiburan
dan game. Kebanyakan orang memilih untuk "berhibernasi" dalam
penerbangan, alih alih melakukan kegiatan sosial ataupun bisnis.
Tapi jaman memang sudah berubah, sekarang dengan adanya
PDA/Smartphone/MID dan netbook, orang jadi mudah untuk hooked up to the
net. Hal ini dilihat oleh airline sebagai opportunity untuk menghapus
full entertainment system yang costly, berat, dan tidak gampang untuk
di-service. Suatu hal yang menguntungkan sekali bukan kalau penumpang
bawa entertainment sendiri, bisa di-tax, dan airline tidak perlu pasang
alat di setiap kursi, tapi cukup centralized communication nexus di
pesawat? Bagasi saja sekarang bayar :D Oleh karena itu sekarang lagi
dipasarkan kembali sentral komunikasi portable yang bisa dipasang di
pesawat dan media komunikasi yang paling gampang memanglah GSM+GPRS
serta Wi-fi. Jadi di dalam pesawat dipasanglah mini BTS dan mini AP yang
akan melayani koneksi tersebut dan di-relay melalui satelit, yang biasa
dinamakan NCU (Network Control Unit). Hanya saja, ternyata ada sandungan
dalam hal ini, yaitu sandungan legal.
Kebanyakan lisensi operator GSM di darat, berupa ijin frekuensi yang
dibeli dari pemerintah setempat, tidak membatasi sampai ketinggian
berapa ijin tersebut berlaku. Sementara operator dalam pesawat yang
terbang internasional, jelas bukan native operator dalam negara
tersebut. Tentu saja dimungkinkan di negara yang besar seperti USA dan
Indonesia, operator terrestrial juga menjadi operator airline GSM.
Sekarang mulai adanya pembatasan ijin operator terrestial untuk hanya
sampai di bawah elevasi 6000m, sementara di atas 6000m adalah untuk
operator aircraft GSM.
Soal safety, memang selalu menjadi issue penting. Dengan adanya
teknologi NCU ini, bukan berarti bahwa penggunanaan mobile phone secara
bebas di segala jenis pesawat adalah aman. Pesawat sendiri menggunakan
bermacam macam teknologi untuk avionics dan flight control. Bisa dari 4
seater aircraft seperti di penerbangan perintis yang navigasinya sekedar
kompas dan visual dead reckoning dengan kontrol aktuator pakai kawat.
Jadi di pesawat model begini, aman dari interferensi mobile phone. Ada
juga pesawat yang sudah berumur 20 tahunan (banyak nih dulu di
Indonesia) yang menggunakan avionics dan electrical control analog yang
tidak di-hardened terhadap bahaya interferensi radio, sehinggga
komunikasi pilot dengan ground control cukup mudah terkena imbas
interferensi mobile phone. Sampai pesawat modern yang membawa NCU,
dimana sudah dilakukan proses safety hardening terhadap interferensi dan
kebanyakan jaringan kontrolnya sudah digital dan bahkan menggunakan
fiber optics alih alih kawat tembaga/emas sehingga kuat terhadap
interferensi.
Selain itu fungsi NCU juga "menjinakkan" pancaran tenaga dari mobile
handset. Spefisikasi GSM mengijinkan transmisi daya 2W untuk handset
900MHz dan 1W untuk handset 1800 MHz dimana ini cukup besar. Mobile
phone model mutakhir, bisa mengurangi daya sampai hanya 20mW (ini 1/50
dari daya maximum) ketika berdekatan dengan BTS/NCU karena ini sudah
cukup untuk melakukan komunikasi yang bersih dari kesalahan. Jadi kalau
anda lihat ada mobile phone yang bisa punya talktime berbelas belas jam,
inilah salah satu perwujudannya.
Nah simpulan yang saya ingin sampaikan adalah, saat ini bukanlah hal
yang mutlak haram untuk menghidupkan mobile phone GSM di dalam pesawat,
jika anda memang membutuhkannya, hanya saja syarat ini dipenuhi :
1. di dalam pesawat sendiri ada service aircraft GSM yang ditawarkan
oleh airline, dimana ada NCU dan pesawat sendiri sudah siap dan
dilindungi dari resiko interferensi. Jangan mengandalkan kepada layanan
GSM dari darat di dalam kabin pesawat.
2. anda menggunakan handset 1800MHz dan handset anda adalah keluaran
paling tidak 2 tahun terakhir.
3. tidak digunakan ketika kondisi kritikal take off dan landing serta
penerbangan di bawah 6000 meter. Dalam kondisi kritikal, dengarkanlah
kalau ada instruksi soal safety dari aircrew. Anda tidak mau tidak tahu
kalau harus evakuasi sementara sedang asyik ngobrol, mendengarkan musik
pakai earphone atau main game bukan?
4. hormati etika berkomunikasi di dalam area yang sempit. Lebih baik
gunakan metoda tulis (SMS, instant messaging) daripada verbal, karena
akan lebih tidak intrusive.
5. gunakan ketika perlu saja, untuk menguransi emisi daya, menghemat
energi dan pengeluaran uang anda :)"